Jumat, 13 April 2012




Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus lebih dulu mengetahui prinsip-prinsip stimulasi listrik untuk pengurangan nyeri. Di rumah sakit banyak dijumpai peralatan maupun meode stimulasi elektris guna mengatasi nyeri. Secara umum prinsip dasarnya adalah sama dan yang berbeda hanyalah parameter dan metode aplikasi.

1. Indikasi stimulasi elektris
a. Trauma musculoskeletal baik akut maupun kronik
b. Nyeri kepala
c. Nyeri pasca operasi
d. Nyeri pasca melahirkan
e. Nyeri miofasial
f. Nyeri visceral
g. Nyeri yang berhubungan dengan sindroma deprivasi sensorik :
- Neuralgia
- Kausalgia
- Nyeri phantom
h. Sindroma komprei neurovaskuler
i. Nyeri psikogenik



Sedangkan Johnson Mark (2001) mengemukakan tentang penggunaan TENS dalam berbagai kondisi yaitu :
Efek analgetik
a. Pada kondisi akut
1) Nyeri pasca operasi
2) Nyeri sewaktu melahirkan
3) Dismenorrhea
4) Nyeri musculoskeletal
5) Nyeri akibat patah tulang
b. Nyeri yang berhubungan penanganan kasus gigi
c. Nyeri pada kodisi kronik
1) Nyeri bawah punggung
2) Arthritis
3) Nyeri punting dan nyeri phantom
4) Neuralgia pasca herpetic
5) Neuralgia trigeminal
d. Injury saraf tepi
e. Angina pectoris
f. Nyeri fasial
g. Nyeri tulang akibat proses metastase

2. Kontraindikasi stimulasi listrik (Rennie S, 1988, Johnson M, 2001)
Arus TENS, Interferensi dan diadinamik tidak direkomendasikan pada kondisi sebagai berikut :
a. Penyakit vaskuler (arteri maupun vena)
b. Adanya kecenderungan pendarahan (pada area yang diterapi)
c. Keganasan (pada daerah/ area yang diterapi)
d. Pasien beralat pacu jantung (meski penelitian terbatas menunjukkan bahwa stimulasi listrik tidak mempengaruhi alat pacu jantung)
e. Kehamilan (bila terapi diberikan pada daerah abdomen atau panggul)
f. Luka terbuka yang sangat lebar
g. Kondisi infeksi
h. Pasien yang mengalami hambatan komunikasi (terlalu tua, gangguan bicara, kofusi mental)
i. Kondisi dermatologi (pada area yang diterapi)
j. Hilangnya sensasi sentuh dan tusuk (pada area yang diterapi)

· TENS (Transcutaneus Electrical Stimulation)
Secara umum karakteristik keluaran arus dari TENS standar adalah sebagai berikut :


Spesifikasi (Johnson M,2001) – Konvensional

1.           Target arus                    : mengaktivasi saraf berdiameter besar
2.           Serabut yang teraktivasi: A beta, mekanoreseptor
3.           Sensasi yang timbul       : parestesia yang kuat sedikit kontraksi
4.           Karakteristik                 : frekuensi tinggi, intensitas rendah pola kontinyu
  Durasi = 100 – 200 mikrodetik
  Frekuensi = 10 – 100 pps
5.           Posisi elektrode            : Pada titik nyeri dermatom
6.           Profil analgetik             : Terasa < 30 menit setelah dinyalakan dan
                                          menghilang < 30 menit setelah alat dipadamkan
7.           Durasi terapi                 : secara terus menerus saat nyeri terjadi
8.           Mekanisme analgetik    : tingkat segmental



AL TENS (Acupuncture – like TENS)
 
1.           Target arus                    : Aktivasi motorik untuk menimbulkan kontraksi otot-otot fasik yang berakhir pada aktivasi saraf berdiameter kecil non noksius
2.           Serabut yang teraktivasi : G III, A delta ergoseptor
3.           Sensasi yang timbul        : Kontraksi otot fasik yang kuat tetapi sedikit nyaman
4.           Karakteristik                 : Frekuensi rendah, intensitas tinggi
                                                  Durasi = 100 – 200 mikrodetik
                                                  Frekuensi s/d 100 pps Pola Burst
5.           Posisi elektrode             : Pada motor point atau nyeri myotom
6.        Profil analgetik             :Terasa > 30 menit setelah dinyalakan dan baru hilang > 1 jam setelah mesin dipadamkan
7.           Durasi terapi                 : 30 menit setiap kali terapi
8.           Mekanisme analgetik    : ektrasegmental/ supraspinal ataupun segmental

Proses aktivasi jaringan
                                AL-TENS                                  Intense TENS 

Intense TENS

1.           Target arus                     : mengaktivasi serbut saraf berdiameter
2.           Jaringan yang teraktivasi : nosiseptor
3.           Sensasi yang timbul        : intensitas tertinggi yang masih tertoleranpasien dengan sedikit kontraksi otot
4.           Fisika dasar                   : frekuensi tinggi – 200 pps
                                                  Durasi > 1000 mikrodetik
                                                  Intensitas tertinggi yang masih tertolerir
                                                  Pola arus kontinyu
5.         Penempatan elektrode  : Pada daerah nyeri atau di sebelah proksimal titik nyeri pada cabang utama saraf yang bersangkutan
6.           Profil analgetik             : > 30 menit setelah terapi dimulai, pengaruh analgetik bisa bertahan > 1 jam, bisa terjadi hipoastesia
7.           Durasi terapi                 : 30 menit setiap kali terapi
8.     Mekanisme analgetik : peripheral, ektrasegmental serta segmental

Kebermanfaatan TENS terhadap seorang pasien dapat dinilai dengan indicator sbb : (1) berkurangnya neri selama 3 jam atau lebih sesudah penggunaan TENS , (2) berkurangnya penggunaan obat analgetika, (3) perbaikan pola tidur (4) kemajuan fungsional (peningkatan ROM , kekuatan dan ketahanan) (Fried) T dkk, 1984).


Teknik terapi dengan menggunakan TENS

Aplikasi klinis TENS sangat variabel oleh karena peredaan dalam pendekatan maupun sudut pandang khususnya dalam hubungannya dengan teknik aplikasi yang paling efektif serta parameter-parameter yang mempengaruhi. Di bawah ini akan dibahas bebeapa teknik aplikasi dan parameternya.



Diambil dari TERAPI LISTRIK UNTUK MODULASI NYERI, penyusun Slamet Parjoto, SMPh, RPT. dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta, jurusan Fisioterapi.


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!