Minggu, 30 September 2012

A.  Anatomi & Fisiologi Jantung


Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup. Untuk itu, siapapun orangnya sebelum belajar EKG harus menguasai anatomi & fisiologi dengan baik dan benar.

Dalam topik anatomi & fisiologi jantung ini, saya akan menguraikan dengan beberapa sub-topik di bawah ini :
  1. Ukuran,Posisi atau letak Jantung
  2. Lapisan Pembungkus Jantung
  3. Lapisan Otot Jantung
  4. Katup Jantung
  5. Ruang Jantung
  6. Arteri Koroner
  7. Siklus Jantung
1.  Ukuran,Posisi atau letak Jantung

Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Dari beberapa referensi yang saya baca, ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5" (12cm) dan lebar sekitar 3,5" (9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.(lihat gb:1 & 2)

Gambar 1

Gambar 2

2.  Lapisan Pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan (lihat gb.3) yaitu :
  • Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).
  • Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
  • Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 - 50 ml, dan tidak boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.

Gambar 3
3.  Lapisan Otot Jantung

Seperti yang terlihat pada Gb.3, lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
  • Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral
  • Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
  • Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya. (Lihat Gb.3 atau Gb.4)
Gambar 4
4.  Katup Jantung

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta. (Lihat Gb: 5)

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris. (Lihat Gb:6)
Gambar 5
Gambar 6
Seperti yang terlihat pada gb.5 diatas, katup trikuspid 3 daun katup
(tri =3), katup aortadan katup pulmonal juga mempunya 3 daun katup. Sedangkan katup mitral atau biskupid hanya mempunyai 2 daun katup.

5.  Ruang,Dinding & Pembuluh Darah Besar Jantung

Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian ruang, yaitu :
  1. Atrium (serambi)
  2. Ventrikel (bilik)
Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkan dengan otot ventrikel.
Ruang atrium dibagi menjadi 2, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel, dibagi lagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan & ventrikel kanan) dan jantung bagian kiri (atrium kiri & ventrikel kiri).

Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimana kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.

Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal atrium yang mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal atrium yang mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat kita lahir.

Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang perlu anda ketahui yang terdapat di kedua atrium, yaitu :
  • Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang atrium kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan.
  • Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan.
  • Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium kanan.
  • Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri yang menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4 muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik ventrikel maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian lapisan dalam dari masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung dengan darah. Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2 sulcus yang lain adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.

Perlu anda ketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah sistemik atau sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang besar dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paru-paru saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal dibandingkan otot ventrikel kanan.

Pembuluh Darah Besar Jantung

Ada beberapa pembuluh besar yang perlu anda ketahui, yaitu:
  • Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
  • Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
  • Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.
  • Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
  • Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
  • Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
  • Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
  • Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah. (lihat Gb:7)
Gambar 7
6.  Arteri Koroner

Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan jantung sendiri,karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami sumbatan total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac infarction dan bisa menyebabkan kematian. Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga atau miokardiac infarction.
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya di sinus valsava

Arteri koroner dibagi dua,yaitu:
  1. Arteri koroner kanan
  2. Arteri koroner kiri
Arteri Koroner Kiri

Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden)dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.

LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum.
Sirkumflex arteri bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung jawab mensuplai SA node.

Arteri Koroner Kanan

Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan,permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node,dan 55% mensuplai SA Node.

B.  Siklus Jantung

Sebelum mempelajari siklus jantung secara detail, terlebih dahulu saya ingin menyegarkan ingatan anda tentang sirkulasi jantung. Saya yakin kalau anda masih mengingatnya dengan baik atau anda telah lupa?
Anda masih ingat kalau jantung dibagi menjadi 4 ruang? Empat ruang jantung ini tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya karena ke empat ruangan ini membentuk hubungan tertutup atau bejana berhubungan yang satu sama lain berhubungan (sirkulasi sistemik, sirkulasi pulmonal dan jantung sendiri). Di mana jantung yang berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh melalui cabang-cabangnya untuk keperluan metabolisme demi kelangsungan hidup.

Karena jantung merupakan suatu bejana berhubungan, anda boleh memulai sirkulasi jantung dari mana saja. Saya akan mulai dari atrium/serambi kanan.
Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin oksigen dari:
-   Superior Vena Kava
-   Inferior Vena Kava
-   Sinus Coronarius

Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup trikuspid.
Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen melewati:
-   Katup pulmonal
-   Pulmonal Trunk
-   Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri

Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru kiri)menuju atrium kiri.
Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup biskupid atau katup mitral.
Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan.

Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
  • Sistole atau kontraksi jantung
  • Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung
Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :
  1. Fase Ventrikel Filling
  2. Fase Atrial Contraction
  3. Fase Isovolumetric Contraction
  4. Fase Ejection
  5. Fase Isovolumetric Relaxation
Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan antara jantung kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung = 1 beat EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik.

1.  Fase Ventrikel Filling

Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya, dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular, sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60% sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua atrium.

2.  Fase Atrial Contraction

Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi kedua atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel atau yang kita kenal dengan "atrial kick". Dalam grafik EKG akan terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung 3 atau cardiac murmur.

3.  Fase Isovolumetric Contraction

Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel.

Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai sebelum pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase isovolumetrik contraction.

4.  Fase Ejection

Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup semilunar dan memompa darah dengan cepat melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya.

5.  Fase Isovolumetric Relaxation

Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah balik ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung dua (S2)atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai dengan adanya "dicrotic notch".
  • Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan End Diastolic Volume (EDV)
  • Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml.
  • Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.
  • Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume) (120-50= 70)
Sumber :

Jumat, 28 September 2012

Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.

Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.

Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara. Namun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :


a. Usia Kesehatan Kebugaran

Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi, maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa usia memegang peranan.

b. Jenis Kelamin

Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula dengan bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis olahraga cocok untuk semua golonganusia atau jenis kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu

c. Jenis Olahraga

Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu mencegahnya.

d. Pengalaman Teknik Olahraga

Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan latihan antara lain :
  • Metode atau cara berlatihnya.
  • Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.
e. Sarana atau Fasilitas

Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul akibat sarana yang kurang memadai

f. Gizi

Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain itu gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.

Olahraga yang teratur memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomibila kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang bersifat kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.

Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera, ukuran tubuh, anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan ligamen, kontrol motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental merupakan faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.

Cedera

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.

Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.

Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.

Cedera Olahraga

Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.

Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.

Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
  1. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
  2. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
Klasifikasi Cedera Olahraga

Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)

Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.

b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)

Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: robeknya ligament (sprain grade II).

c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)

Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.

d. Strain dan Sprain

Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.

1. Strain

Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Strain dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu :

a) Tinkat 1 (ringan)

Strain tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya strain dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance (daya tahannya).

b) Tingkat 2 (sedang)

Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.

c) Tingkat 3 (berat)

Strain pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.

2. Sprain

Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :

a) Tingkat 1 (ringan)

Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.

b) Tingkat 2 (sedang)

Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.

c) Tingkat 3 (berat)

Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.

d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)

Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

Penanganan rehabilitasi medik

Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan adalah :
  1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
  2. Pelayanan fisioterapi
  3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
  4. Pelayananpengganti tubuh (protesa)
Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.

a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.

Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang terkenal yaitu RICE :

R – Rest
Diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Bertujuan untuk mencegah bertambah parahnya cidera, waktunya tergantung pada berat ringanya cidera, namun tetap dilatih pada bagian yang tidak cidera untuk mempertahankan endurance atlet.

I – Ice 
Merupakan pemberian terapi dingin, tujuannya adalah
  1. Melokalisir daerah cedera
  2. Mematirasakan ujung saraf, sehingga dapat mengurangi nyeri.
  3. Mencegah bertambahnya bengkak, menggunakan efek vasokonstriksi.
Nmaun kompres es tidak boleh terlalu lama, karena dapat menimbulkan vasodilatasi berlebihan (Hunctinton reflek). Aliran darah bisa meningkat 3x semula, sehingga daerah pada cedera terasa panas.

C – Compression
Penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut. Alatnya dapat berupa kasa atau elasts bandage.
Tanda bila terlalu menekan : pucat, mati rasa pada daerah ujung yang cedera (karena kurang pasokan darah pada daerah ujung-ujungnya). Penekanan dari bawah ke atas.

E – Elevatin
Peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan) dan rasa nyeri.

b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut

Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
  • Pemberian modalitas terapi fisik
Terapi dingin :

Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :

1. Kompress dingin

Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.

2. Masase es

Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7 menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.

3. Pencelupan atau peredaman

Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.

4. Semprot dingin

Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang cedera.

Terapi panas :

Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.

Penetrasi
Macam
Contoh
Dangkal (Superfisial)
Lembab/basah
Kompres kain air panas
“Hydrocollator pack”
Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kering
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Dalama (deep)
Diathermy
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra
Terapi air (Hydroterapy)

Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang cedera bergantian masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.

Stimulasi listrik

Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.

Masage

Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak dan kekakuan otot.
  • Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu yang lebih lama.

Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :
  1. Latihan luas gerak sendi
  2. Latihan peregangan
  3. Latihan daya tahan
  4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)
  • Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
  • Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

Sumber : 
Paul M. Taylor, dkk. (2002). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.

Andun Sujidandoko. (2000). Perawatan dan Pencegahan Cedera. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional .


Kamis, 20 September 2012

Anatomi sistem pembuluh darah


Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem organ yang bertugas untuk menyampaikan nutrien (seperti asam amino dan elektrolit), hormon, sel darah dll dari dan menuju sel-sel tubuh manusia, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan homeostasis. Sistem ini terdiri atas organ jantung dan pembuluh-pembuluh darah.

Jantung merupakan organ yang terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Secara umum sistem ini bekerja dengan mengikuti pola sebagai berikut:

Darah yang rendah kandungan oksigen dan tinggi CO2 yang berasal dari sirkulasi sistemik dihantarkan melalui vena kava superior dan inferior menuju atrium kanan, masuk ke ventrikel kanan lalu dihantarkan melalui arteri pulmonalis menuju ke paru untuk di-oksigenasi kembali. Selanjutnya darah yang telah kaya akan oksigen akan masuk melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri, lalu masuk ke ventrikel kiri untuk dihantarkan menuju sirkulasi sistemik melalui pembuluh aorta. Demikian seterusnya.

Secara umum, pembuluh darah yang ada di dalam tubuh dapat dibagi menjadi pembuluh yang membawa darah menjauhi jantung (arteri) dan menuju jantung (vena).


Arteri

Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali a.pulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan mengikat oksigen. Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel kiri jantung.

Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Arcus aorta memiliki tiga percabangan yaitu:
  1. A.brachiocephalic/a.anonyma. Arteri ini akan bercabang menjadi a.carotis communis dextra, a.subclavia dextra dan a.thyroideaima (yang mendarahi kelenjar thyroid bagian inferior).
  2. A.carotis communis sinistra.
  3. A. subclavia sinistra.

Setiap a.carotis communis (baik dextra maupun sinistra) akan bercabang menjadi a.carotis interna (yang mendarahi otak) dan a.carotis externa (yang mendarahi wajah, mulut, rahang dan leher) . Sedangkan setiap a.subclavia (baik dextra dan sinistra) akan bercabang antara lain menjadi a.vertebralis (mendarahi otak dan medula spinalis). Kedua a.vertebralis (dextra dan sinistra) akan menyatu menjadi arteri-arteri spinal yang segmental, dan sebelum naik ke otak akan membentuk a.basilaris. A.basilaris lalu bercabang menjadi a.cerebralis posterior dan beranastomosis dengan a.communicating posterior dan a.cerebralis anterior membentuk circulus Willisi yang khas di otak.

A. subclavia sendiri tetap berjalan ke ekstremitas atas sebagai a.aksilaris dan mempercabangkan a.subscapularis, yang mana akan mempercabangkan a.circumflexa scapulae.

Selain itu, a.subclavia juga akan bercabang menjadi a.mammaria interna (memperdarahi dinding dada depan dan kelenjar susu), a.thyrocervicalis dan a.costocervical. Cabang dari a.thyrocervical adalah a.thyroidea inferior yang mendarahi kelenjar thyroid, a.suprascapular (a.transversa scapulae) dan a.transversa colli (a.transversa cervical).

Pendarahan arteri ekstremitas atas

Pendarahan ekstremitas atas disuplai oleh a.aksilaris, yang merupakan cabang dari a.subclavia (baik dextra maupun sinistra). A.aksilaris ini akan melanjutkan diri sebagai a.brachialis di sisi ventral lengan atas, selanjutnya pada fossa cubiti akan bercabang menjadi a.radialis (berjalan di sisi lateral lengan bawah, sering digunakan untuk mengukur tekanan darah dan dapat diraba pada anatomical snuffbox) dan a.ulnaris (berjalan di sisi medial lengan bawah).




























A.radialis terutama akan membentuk arkus volaris profundus, sedangkan a.ulnaris terutama akan membentuk arkus volaris superfisialis, yang mana kedua arkus tersebut akan mendarahi daerah tangan dan jari-jari.




















Pendarahan arteri ekstremitas bawah

Pendarahan ekstremitas bawah disuplai oleh a.femoralis, yang merupakan kelanjutan dari a.iliaka eksterna (suatu cabang a.iliaka communis, cabang terminal dari aorta abdominalis). Selanjutnya a.femoralis memiliki cabang yaitu a.profunda femoris, sedangkan a.femoralis sendiri tetap berlanjut menjadi a.poplitea. A.profunda femoris sendiri memiliki empat cabang a.perfontrantes. Selain itu juga terdapat a.circumflexa femoris lateral dan a.circumflexa femoris medial yang merupakan percabangan dari a.profunda femoris.
































A.poplitea akan bercabang menjadi a.tibialis anterior dan a.tibialis posterior. A.tibialis anterior akan berlanjut ke dorsum pedis menjadi a.dorsalis pedis yang dapat diraba di antara digiti 1 dan 2. A.tibialis posterior akan membentuk cabang a.fibular/peroneal, dan a.tibialis posterior pedis sendiri tetap berjalan hingga ke daerah plantar pedis dan bercabang menjadi a.plantaris medial dan a.plantaris lateral. Keduanya akan membentuk arcus plantaris yang mendarahi telapak kaki.

Sedangkan di daerah gluteus, terdapat a.gluteus superior, a.gluteus inferior dan a.pudenda interna. Ketiganya merupakan percabangan dari a.iliaca interna.

Pendarahan arteri organ-organ visera

Pendarahan organ-organ visera disuplai oleh aorta abdominalis, suatu terusan dari aorta descendens. Cabang-cabang dari aorta abdominalis tersebut adalah: a.phrenicus inferior, a.coeliaca, a.mesenterica superior, a.suprarenal media, a.renalis, a.gonadal (a.ovarica/a.testicular), a.lumbar, a.mesenterica inferior, a.sacral mediana, dan a.iliaca communis. Organ-organ dalam seperti hati, lambung, dan limpa disuplai oleh a.coeliaca, kelenjar anak ginjal disuplai oleh a.suprarenal media, ginjal disuplai oleh a.renalis, intestinum disuplai oleh a.mesenterica superior dan inferior.


























Vena

Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke jantung (atrium dextra), kecuali v.pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium sinistra. Semua vena-vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena cava inferior.

Pendarahan vena kepala

Vena yang ada di kepala seperti v.emisaria dan v.fasialis sebagian akan bermuara pada v.jugularis interna, sebagian lagi pada v.jugularis eksterna. Nantinya v.jugularis eksterna akan bermuara pada v.subclavia, di mana v.subclavia akan beranastomosis dengan v.jugularis interna membentuk v.brachiocephalica. Terdapat dua v.brachiocephalica, masing-masing dextra dan sinistra. Keduanya akan menyatu sebagai v.cava superior.























Pendarahan vena ekstremitas atas

Vena-vena yang ada di tangan, seperti v.intercapitular, v.digiti palmaris dan v.metacarpal dorsalis akan bermuara pada v.cephalica dan v.basilica di lengan bawah. Dari distal ke proksimal, kedua vena ini akan mengalami percabangan dan penyatuan membentuk v.mediana cephalica, v.mediana basilica, v.mediana cubiti, v.mediana profunda dan v. mediana antebrachii sebelum mencapai regio cubiti. Setelah regio cubiti, vena-vena tersebut kembali membentuk v.cephalica dan v.basilica. V.basilica akan bersatu dengan v.brachialis (yang merupakan pertemuan v.radialis dan v.ulnaris) membentuk v.aksilaris di mana nantinya v.cephalica juga akan menyatu dengannya (v.aksilaris). V.aksilaris akan terus berjalan menuju jantung sebagai v.subclavia lalu beranastomosis dengan v.jugularis interna dan eksterna (dari kepala) membentuk v.brachiocephalica untuk selanjutnya masuk ke atrium dextra sebagai vena cava superior.

































Pendarahan vena ekstremitas bawah

Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui v.saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. V.saphena magna tersebut akan bermuara di v.femoralis. Sedangkan v.saphena parva yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada v.poplitea dan berakhir di v.femoralis. V.tibialis anterior dan v.tibialis posterior  juga bermuara pada v.poplitea.

Dari v.femoralis, akan berlanjut ke v.iliaca externa lalu menuju v.iliaca communis dan selanjutnya v.cava inferior.

Selain itu terdapat juga v.glutea superior, v.glutea inferiordan v.pudenda interna di daerah gluteus, yang bermuara ke v.iliaca interna.




































Pendarahan vena organ-organ visera

Vena-vena yang keluar dari organ visera, seperti v.hepatica (organ lambung, pankreas, usus halus dan kolon) , v.suprarenal, v.renalis (ginjal), v.lumbar dan v.testicular akan bermuara ke v.cava inferior.

Referensi:

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001.
http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-pembuluh-darah/

Minggu, 16 September 2012

RESEPTOR SENSORIS 

Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi didalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, dan propriosepsi. Indera peraba di kulit memiliki reseptor yang tersebar di seluruh tubuh dan terdiri dari struktur yang sederhana. Beberapa informasi dikirim di susunan saraf pusat dan sampai pada kortek sensoris primer sehingga kita bisa mengetahui ataupun mengenal rangsangannya. Rangsangan sensoris dapat kita interpretasikan melalui frekuensi-frekuensi basis setelah terjadi potensial aksi. Datangnya informasi atau rangsangan pada kulit kita itulah yang dinamakan sensasi, dan saat kita mengenal rangsangan yang datang dari kulit kita inilah yang dinamakan persepsi.(7) 

Adapun indera-indera khusus pada tubuh kita seperti penciuman, penglihatan, perasa pada lidah, keseimbangan dan pendengaran. Sensasi yang datang pada tubuh kita diterima oleh reseptor khusus yang strukturnya lebih komplek daripada reseptor pada kulit. Reseptor indera ini terletak pada indera khusus pada manusia seperti mata, telinga dimana reseptornya dilindungi oleh jaringan-jaringan di sekitarnya. Informasi yang datang pada reseptor memberikan distribusi pada daerah-daerah khusus pada kortek serebri seperti auditory kortek, visual kortek yang akan diterima sebagai rangsangan khusus dan pusat lainnya di batang otak. (7) 

Reseptor pada kulit dapat dibagi menjadi tiga macam antara lain exteroceptors dimana receptor ini memberi informasi terhadap lingkungan luar, proprioseptor merupakan receptor yang menerima informasi terhadap posisi otot skeletal dan sendi dan yang terakhir interoceptor yang berfungsi untuk memonitor fungsi organ visceral. Untuk lebih detailnya receptor pada kulit dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu nosiceptor untuk rasa nyeri, thermoreceptor untuk temperature, mechanoreceptor untuk rangsangan fisik, dan chemoreceptor untuk rangsangan kimiawi. Tiap-tiap receptor mempunyai fungsi dan struktur yang berbeda. Perbedaan antara somatik receptor dan visceral receptor terletak pada lokasi bukan pada strukturnya. Reseptor nyeri di wajah sama seperti reseptor nyeri di kulit, akan tetapi dua sensasi itu dikirim pada lokasi yang berbeda di susunan saraf pusat, bagaimanapun juga propriosepsi adalah sensasi somatik yang unik. Terdapat proprioseptor pada organ viseral thorak dan kavum abdominopelvic. Kita tidak menyadari bila organ-organ tersebut mulai bekerja, kita tidak bisa menceritakanyya contohnya saat spleen, appendik, ataupun pankreas bekerja saat itu. organ viseral mempunyai reseptor rasa nyeri, temperatur, sentuhan yang lebih rendah daripada reseptor pada kulit dan informasi sensoris yang diterima lokasinya lebih sedikit karena daerah reseptor tersebar luas di organ.(7)

A.  NOCISEPTOR

Reseptor nyeri atau nociseptor terletak pada daerah superfisial kulit, kapsul sendi, dalam periostea tulang sekitar dinding pembuluh darah. Jaringan dalam dan organ viseral mempunyai beberapa nociseptor. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. 

Nociseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Bagaimanapun juga rangsangan yang kuat akan diterima oleh ketiga tipe reseptor. Untuk itulah kita bisa merasakan sensasi rasa nyeri yang disebabkan oleh asam, panas, luka yang dalam. Rangsangan pada dendrit di nociseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat. (7)

B.  THERMORESEPTOR

Temperatur reseptor atau thermorseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipothalamus. Reseptor dingin, tiga atau empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada struktur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperatur diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Mereka dikirim sampai formasio retikularis, thalamus, dan korteks primer sensoris. 

Thermoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil. Jika kita menghidupkan air conditioning dalam ruangan pada musim panas, temperatur berubah drastis pada saat pertama kali tetapi kita cepat merasakan nyaman karena sudah terjadi adaptasi. (7)

C.  MECHANORESEPTOR(7)

Mechanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bisa terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan, dan yang bisa menimbulkan kelainan pada membran. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain: 
  1. Tactile reseptor memberikan sensasi sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan informasi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan atau debaran. 
  2. Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi. 
  3. Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang komplek pada reseptor sensoris 
Tactile reseptor 

Memberikan sensasi secara lengkap tentang sumber rangsangan seperti lokasinya, bentuk, ukuran, tekstur. Reseptor ini sangat sensitif dan mempunyai daerah reseptif yang sempit. Reseptor sentuhan dan tekanan memiliki lokasi yang sedikit karena mempunyai daerah reseptif yang luas dan memberikan sedikit informasi terhadap rangsangannya. 

Ada beberapa tipe tactil reseptor pada kulit seperti free nerve ending sentuhan dan tekanan yang terdapat pada sel epidermis, nerve ending pada root hair pleksus, tactile disk (Merkel’s), tactil corpuskel (Meissner’s), lamelated corpuscle (Pacinian corpuscle),dan Ruffini corpuscle. 
    1. Free nerve ending pada epidermis untuk sensasi rasa nyeri dan suhu. Reseptor ini hanya terdapat pada permukaan cornea pada mata dan bagian permukaan bagian tubuh lainnya. 
    2. Nerve ending root hair pleksus untuk memonitor adanya kelainan dan pergerakan yang melewati permukaan tubuh. Seperti saat kita memakai baju maka kita dapat merasakan sesuatu benda menempel pada kulit kita. 
    3. Tactile disk (Merkel’s) merupakan reseptor sentuhan dan tekanan yang terdapat pada kulit yaitu pada sel epithel kulit pada lapisan stratum germinativum. 
    4. Tactil corpuscle ( Meissner’s) menerima sensasi dari sentuhan dan tekanan dan getaran yang rendah. Reseptor ini terdapat pada kelopak mata, bibir, jari-jari tangan, puting susu dan genetalia eksterna. 
    5. Lamellated corpuscle (Pacinian corpuscle) reseptor ini sensitif terhadap sentuhan yang dalam. Karena reseptor ini sangat cepat beradaptasi sehingga sangat senstif terhadap denyutan atau getaran dengan frekuensi yang tinggi. Reseptor ini terdapat pada dermis, jari-jari, glandula mamae dan genetalia eksterna, pada permukaan dalam dan luar fascia, capsul sendi. Informasi sensoris visceral diberikan oleh corpuskel lamela di mesenteries, pancreas, dinding urethra, dan kandung kemih. 
    6. Corpuscle Ruffini juga sensitif terhadap tekanan dan perubahan-perubahan pada kulit. Reseptor ini berlokasi pada lapisan retikular dermis.

Baroreseptor

Baroreseptor bisa memonitor perubahan dari tekanan. Baroreseptor terdiri dari free nerve ending yang bercabang didalam jaringan elastic pada dinding organ berongga, seperti pembuluh darah, bagian pernafasan, pencernaan dan tractus urinarius. Bila ada perubahan tekanan dinding jaringan elastik mengecil atau membesar. 

Baroreseptor memonitor dinding pembuluh darah yang besar seperti arteri carotis, aorta. Hal ini juga mempengaruhi regulasi dari kerja jantung sehingga pembuluh darah tetap mengalir pada organ –organ vital. Baroreseptor pada paru juga memonitor derajat ekspansi dari paru. 

Proprioseptor

Proprioseptor memonitor perubahan posisi sendi dan otot, adanya tegangan pada tendon dan ligamen dan kontraksi dari otot. Proprioseptor dapat dibagi menjadi: 
    1. Muscle spindle yang terdapat pada otot skeletal memonitor panjang dari otot dan tanda tegangan dari reflek. 
    2. Golgi tendon yang fungsinya mirip dengan corpuscle Ruffini tetapi berlokasi di otot skeletal dan tendon. Rangsangan pada reseptor dapat berupa tekanan pada tendon sehingga terjadi kontraksi otot. 
    3. Reseptor capsul pada sendi. Reseptor ini sangat kaya dengan free nerve ending yang bisa mendeteksi tekanan, sentuhan dan pergerakan dalam sendi. Adanya perubahan posisi tubuh merupakan hasil dari integrasi informasi pada reseptor ini dan juga pada musle spindle, golgi tendon organ, dan reseptor pada telinga dalam. 
D.  CHEMORESEPTOR(7)

Spesialisasi pada neuron chemoreseptiv dapat dideteksi dengan perubahan kecil dari konsentrasi kimia. Umumnya chemoreseptor berespon terhadap substansi water-soluble dan lipid-soluble yang larut dalam cairan. 

Chemoreseptor tidak mengirim informasi pada kortek primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi sensoris datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovaskuler. Neuron pada pusat respirasi merespon konsentrasi ion hidrogen (pH) dan tingkat karbondioksida pada cairan cerebrospinal. Neuron chemoreseptive ini berlokasi di carotid bodies, dekat arteri karotis inaerna pada tiap sisi leher, dean aortik bodies diantara cabang utama lengkungan aorta. Reseptor ini memonitor pH dan karbondioksida dan tingkat oksigen pada darah arteri. Serabut – serabut afferent meninggalkan carotid dan aortik bodies mencapai pusat respirasi dengan berjalan ke nervus IX (glossopharyngeal) dan X (vagus). (4) 

TRAKTUS ASCENDENS MEDULA SPINALIS 

Saat memasuki medula spinalis serabut saraf sensoris berbagai tipe dan fungsi dipilih serta dipisahkan menjadi berkas atau traktus saraf. Beberapa serabut saraf menghubungkan segmen medula spinalis, sementara yang lain naik dari medula spinalis ke pusat-pusat yang lebih tinggi dan menghubungkan medula spinalis dan otak. Semua ini disebut serabut ascendens atau traktus ascendens. Substantia alba medula spinalis terdiri atas traktus ascendens dan traktus descendens. 

Traktus ascendens menghantarkan informasi aferen dapat atau tidak dapat mencapai kesadaran. Informasi ini dapat dibagi menjadi dua kelompok: 
  1. Informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh seperti rasa nyeri, suhu dan raba 
  2. Informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh seperti otot dan sendi. 
  • ANATOMI
Informasi umum dari ujung sensoris tepi dihantarkan melalui susunan saraf oleh suatu seri neuron. Lintasan ascendens yang menuju kesadaran terdiri dari 3 neuron : 
  1. Neuron ordo pertama mempunyai badan sel dalam ganglion radiks posterior medula spinalis, suatu prosesus tepi berhubungan dengan ujung reseptor sensoris, sementara suatu prosesus sentralis memasuki medula spinalis melalui radiks posterior untuk bersinaps dengan ujung neuron ordo kedua 
  2. Neuron ujung kedua mempunyai suatu akson yang berdecussatio (menyilang kesisi yang berlawanan) dan naik ke tingkat susunan saraf sentral yang lebih tinggi untuk bersinaps dengan ujung neuron ordo ketiga. 
  3. Neuron ordo ketiga terdapat dalam talamus dan mengeluarkan serabut proyeksi melintasi daerah sensoris korteks serebri. 
  • FUNGSI TRAKTUS ASCENDENS 
Sensasi rasa nyeri dan suhu naik dalam traktus spinothalamikus lateralis, raba dan tekanan ringan naik kedalam traktus spinothalamikus anterior. Raba diskriminatif (kemampuan untuk melokalisir secara tepat daerah tubuh yang diraba dan menyadari bahwa dua titik yang disentuh secara serempak) naik dalam kolumna alba posterior termasuk juga informasi dari otot-otot dan sendi-sendi yang berkaitan dengan gerakan dan posisi, disamping itu sensasi getaran juga naik dalam kolumna alba posterior. Informasi tidak sadar otot, sendi, kulit dan jaringan subkutan mencapai serebelum melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior serta melalui traktus cuneoserebelaris. 

Traktus ascendens lainya untuk informasi nyeri suhu dan raba dialirkan ke kolikulus superior dari otak tengah melalui traktus spinotectalis untuk keperluan refleks spinovisual. Traktus spinoretikularis merupakan lintasan dari otot dan sendi dan kulit ke formasio retikularis. Sementara traktus spinoolivarius merupakan lintasan tidak langsung untuk informasi aferen yang mencapai serebelum. 

A.   TRAKTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS UNTUK RASA NYERI DAN SUHU 

Reseptor nyeri dan suhu dalam kulit dan jaringan lainya merupakan ujung saraf bebas. Impuls nyeri,panas dan dingin memasuki medula spinalis dari ganglion radiks posterior melanjutkan keujung kolumna grisea posterior dan membagi diri menjadi cabang ascendens dan descendens. Cabang-cabang ini berjalan dalam satu atau dua segmen medula spinalis dan membentuk traktus posterolateralis lissauer. Serabut dari neuron ordo pertama ini berakhir dengan cara bersinaps dengan sel-sel dalam kolumna grisea posterior termasuk sel-sel dalam substantia gelatinosa. 

Akson dari neuron ordo kedua menyilang secara oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisura grisea dan alba anterior dalam satu segmen medula spinalis dan serabut baru ditambah pada spek anteromedial traktus ini sehingga dalam segmen servikalis atas serabut-serabut sakral terletak posterolateral dan segmen servikal terletak anteromedial. Dengan naiknya traktus spinothalamikus lateralis melalui medula oblongata maka terletak dekat lateral diantara nukleus olivarius inferior dan nulkeus traktus spinalis nervus trigeminus. Dan saat ini traktus diikuti oleh traktus spinothalamikus anterior dan traktus spinotectalis bersama sama membentuk lemniscus spinalis dan melanjutkan diri naik bagian posterior pons, dalam otak tengah ia terletak dalam tegmentum lateral lemniscus medialis, dan bersinaps dengan neuron ordo ketiga nukleus posterolateralis ventralis thalamus. 

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melintas ke posterior kapsula interna dan korona radiata untuk mencapai daerah somastatik dalam girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut terletak di inferior, tungkai terletak di superior, kaki dan anogenital pada permukaan medial hemisferium. Dari sini informasi ditransmisikan pada daerah korteks serebri untuk digunakan area motorik dan area asosiasi parietal. Peranan korteks serebri adalah menginterpretasikan informasi sensorik pada tingkat kesadaran. 

B.  TRAKTUS SPINOTHALAMIKUS ANTERIOR UNTUK RABA DAN TEKANAN RINGAN 

Mirip seperti traktus spinothalamikus lateralis yang memberi kontribusi untuk traktus posterolateralis dari lisssouer, diduga neuron ordo pertama berakhir dengan sel kelompok substantia gelatinosa dalam kolumna grisea posterior. 

Akson neuron ordo kedua menyilang oblique ke sisi yang berlawanan dalam komisura grisea dan alba anterior dalam beberapa segmen spinal dan naik dalam kolumna alba anterolateral yang berlawanan sebagai traktus spinothalamikus anterior. Saat ia naik melalui medula spinalis serabut baru ditambahkan pada medialis traktus, sehingga pada segmen servikalis atas medula spinalis serabut sakral merupakan segmen yang sebagian besar terletak di lateral dan segmen servikal di medial. Dan ia naik melalui medula oblongata bersama dengan traktus spinothalamikus lateralis dan spinotektalis membentuk lemiscus spinalis (untuk raba kasar dan tekanan diduga diapresiasi disini). 

Akson neuron ordo ketiga dalam nukleus posterolateralis ventralis thalamus melalui posterior kapsula interna dan korona radiata mencapai daerah somastetik dalam girus postsentralis korteks serebri. Paruhan kontralateral tubuh diwakili sacara terbalik tangan dan mulut terletak di inferior. Apresiasi sadar, raba dan tekanan tergantung pada aktifitas korteks serebri. Harus ditekankan bahwa rasa hanya dapat dilokalisir secara kasar, dan hanya memungkinkan diskriminasi intensitas yang sangat kecil. 

C.  COLUMNA ALBA POSTERIOR: FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS CUNEATUS UNTUK RASA RABA DISKRIMINATIF, RASA GETARAN, RASA SENDI OTOT SADAR 

Akson masuk medula spinalis radik ganglion posterior dan melintas columna alba posterior sisi yang sama. Disini serabut membagi diri menjadi cabang ascenden panjang dan descenden pendek. cabang descenden melintas turun dalam sejumlah segmen yang variabel, memberi cabang contralateral yang bersinap dengan sel dalam cornu grisea posterior , dengan neuron internunsial dan dengan sel cornu anterior, jelas bahwa serabut descenden pendek terlibat dengan reflek intersegmental. Serabut ascenden panjang juga berakhir dengan cara bersinap dengan sel cornu grisea posterior neuron internunsial dan sel cornu anterior. Distribusi ini meluas meliputi beberapa segmen medula spinalis. Pada serabut descenden pendek, berperan dalam reflek intersegmental. 

Banyak serabut ascenden yang panjang berjalan dalam columna alba posterior sebagai fasciculus gracillis dan cuneatus. Fasciculus gracillis ditemukan disepanjang seluruh medula spinalis dan mengandung serabut ascenden panjang saraf sacral, lumbal dan enam saraf thorakal bagian bawah. Fasciculus cuneatus terletak dilateral pada segmen thorakalis atas dan servikalis medula spinalis serta dipisahkan dari fasciculus gracillis oleh septum. Fasciculus cuneatus mengandung serabut ascenden panjang enam serabut saraf thorakal dan semua nervus spinalis servikalis. 

Serabut fasciculucs gracillis dan cuneatus naik ipsilateral dan berakhir dengan bersinaps dengan neuron ordo ke dua dalam nuklei gracillis dan cuneatus medula oblongata. Akson ordo ke dua ini juga disebut dengan serabut arkuata interna, memanjang anteromedial di sekeliling substantia grisea centralis dan menyilang median , berdecusatio dengan serabut yang bersesuaian pada sisi yang berlawanan dalam decusatio sensorik, Serabut kemudian naik sebagai berkas tunggal dan kompak yaitu lemniskus medialis melalui medula oblongata, pons, dan otak tengah. Serabut berakhir dengan bersinaps dengan ordo ke tiga dalam nukleus postero lateralis ventralis thalamus. 

Akson neuron ordo ke tiga meninggalkan dan melintas melalui posterior capsula minterna dan corona radiata untuk mencapai daerah somestetik pada gyrus postcentralis cortek cerebri. Paruhan conteralateral tubuh diwakili secara terbalik, tangan dan mulut diinferior. Dengan cara ini, kesan seperti raba dengan tingkat intensitas halus, lokalisasi yang tepat dan diskriminasi dua titik dapat diapresiasi. Rasa getaran dan posisi bagian tubuh yang berbeda-beda dapat diketahui secara sadar. 

Sejumlah serabut dalam fasciculus cuneatus segmen servikalis dan thorakalis atas, setelah berakhir pada neuron ordo kedua nukleus cuneatus, direlay dan berjalan sebagai akson neuron ordo kedua untuk memasuki cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris inferior sisi yang sama . lintasan ini disebut Tractus Cuneocerebellaris dan serabut diketahui sebagai serabut arkuata externa. Fungsi serabut ini untuk mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum 

D.  TRACTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR UNTUK RASA SENDI OTOT KE CEREBELLUM 
  • TRAKTUS SPINOCEREBELLARIS POSTERIOR 
Akson yang memasuki medula spinalis dari radix ganglion posterior memasuki columna grisea posterior serta berakhir dengan bersinap pada neuron ordo kedua pada dasar dari columna grisea posterior. Neuron ini secara kolektif diketahui sebagai nukleus dorsalis (Columna Clarck). Akson neuron ordo kedua ini memasuki posterolateral columna alba lateral pada sisi yang sama dan naik sebagai tractus spinocerebellaris posterior ke medulla oblongata. Disini tractus bersatu dengan pedunkulus cerebellaris inferior dan berakhir pada cortex cerebellaris. Perhatikan bahwa ia tidak naik ke kortek cerebri. Karena nukleus dorsalis hanya membentang dari segmen servikalis kedelapan ke arah kaudal ke segmen lumbal ketiga dan keempat, akson ini memasuki medula spinalis radik posterior segmen lumbal bawah dan sacral naik dalam columna alba posterior sehingga mencapai segmen lumbal ketiga atau keempat masuk ke nukleus dorsalis 

Serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot sendi, spindel-spindel otot, organ-organ tendon dan reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak bawah. Informasi mengenai tegangan otot dan tendon serta gerakan-gerakan otot dan sendi digunakan oleh serebellum dalam mengkoordinasi gerakan-gerakan anggota gerak serta mempertahankan postur. TRACTUS 
  • SPINOCEREBELLARIS ANTERIOR 
Akson yang memasuki medula spinalis ganglion radik posterior berakhir dengan bersinap dengan neuron ordo kedua dalam nukleus dorsalis pada basis columna grisea anterior. Sebagian besar akson neuron ordo kedua menyilang sisi yang berlawanan dan naik sebagai tractus spinocerebellaris anterior pada columna alba sisi yang berlawanan. Sebagian kecil akson naik sebagai tractus spinocerebellaris anterior dalam columna alba sisi yang sama. Setelah naik melalui medula oblongata dan pons, serabut masuk kedalam cerebellum melalui pedunkulus cerebellaris superior dan berakhir dalam cortek cerebellaris. 

Diduga bahwa serabut yang menyilang kesisi yang berlawanan dalam medula spinalis menyilang kembali dalam cerebellum. Tractus spinocerebellaris anterior mengalirkan informasi otot sendi dari spindel-spindel otot, organ-organ tendon, reseptor-reseptor sendi badan dan anggota gerak atas dan bawah. Diduga juga bahwa melalui facia ini cerebellum menerima informasi dari kulit dan facia superficial 
  • TRACTUS CUNEOCEREBELLARIS 
Serabut ini berasal dari nukleus cuneatus dan memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior sisi yang sama. Serabut ini diketahui sebagai serabut arkuata externa posterior dan fungsinya adalah mengalirkan informasi rasa otot sendi ke cerebellum. 

E.  LINTASAN-LINTASAN ASCENDEN LAINNYA 
  • TRACTUS SPINOTECTALIS 
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berjalan ke substantia grisea yang bersinap pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui. Akson neuron ordo kedua menyilang bidang median dan naik sebagai tractus spinotectalis dalam columna alba anterolateral yang terletak berdekatan dengan tractus spinothalamikus lateralis. Setelah melintasi medula oblongata dan pons berakhir dengan bersinap dengan neuron dalam colicullus utak tengah . lintasan ini memberikan informasi aferen untuk reflek spinovisualis serta membawa gerakan-gerakan mata dan kepal kearah sumber stimuli. 
  • TRACTUS SPINORETICULARIS 
Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo kedua yang tidak diketahui dalam substantia grisea. Akson neuron ordo kedua ini naik dalam medula spinalis sebagai tractus spinoreticularis dalam columna alba lateralis. Sebagian besar serabut ini tidak menyilang dan berakhir dengan cara bersinap dengan neuron formatio reticularis dalam medula oblongata, pons, otak tengah. Tractus spinoreticularis memberikan lintasan aferen untuk formatio reticularis yang memainkan peranan penting dalam mempengaruhi tingkat kesadaran. 
  • TRACTUS SPINO-OLIVARIUS 
 Akson memasuki medula spinalis ganglion radik posterior dan berakhir pada neuron ordo ke dua yang tidak diketahui dalam columna grisea posterior. Akson dalam neuron ordo kedua melintasi garis tengah dan naik sebagai tractus spino-olivarius dalam substantia alba pada sambungan columna anterior dan lateralis. Akson ini berakhir dengan bersinap pada neuron ordo ketiga dalam nuklei olivarius medula oblongata. Akson ini melintasi garis tengah dan memasuki cerebellum melalui pedunculus cerebellaris inferior. Tractus spino-olivarius mengalirkan informasi dari organ-organ kulit dan proprioseptif ke cerebellum. 
  • TRACTUS SENSORIK VISERALIS 
Sensasi yang timbul dari visera berlokasi dalam toraks dan abdomen memasuki medula spinalis melalui radiks posterior. Badan-badan sel neuron orde pertama terletak dalam ganglion radiks posterior. Prosesus tepi sel ini menerima impuls saraf dari ujung reseptor regangan dan nyeri dalam visera. Prosesus sentral, setelah masuk medula spinalis bersinaps dengan neuron orde kedua dalam substansia grisea, kemungkinan ke dalam columna grisea anterior atau lateralis Akson-akson neuron orde kedua diduga bersatu dengan traktus spinothalamicus dan naik serta barakhir pada neuron orde ketiga dalam nukleus posterolateral ventral thalamus. Tujuan akhir akson neuron orde ketiga kemungkinan terdapat pada girus postcentralis korteks serebri. banyak serabut viseral aferen yang memasuki medula spinalis bercabang dan berpartisipasi dalam aktifitas refleks.(7) 

TRAKTUS DESENDEN MEDULA SPINALIS 

Neuron motorik dalam kolumna grisea anterior medula spinalis mengirimkan akson-akson untuk menginervasi otot skelet melalui radiks-radiks anterior medula spinalis. Neuron-neuron motorik ini disebut sebagai lower motor neuron dan merupakan lintasan umum akhir ke otot. 

Lower motor neuron secara konstan mengalami pemboman impuls saraf yang turun dari medula oblongata, pons, otak tengah dan korteks serebri. Demikian juga dengan impuls yang masuk sepanjang serabut sensorik radiks posterior. Serabut saraf yang turun dalam substantia alba dari pusat saraf supraspinal dipisahkan menjadi berkas saraf yang dipisahkan menjadi berkas saraf yang disebut traktus desenden. Neuron-neuron supraspinal ini beserta traktusnya disebut upper motor neuron dan memberikan banyak lintasan terpisah yang dapat mempengaruhi aktifitas motorik. 
  • ANATOMI
Pengendalian akitifitas otot skelet dari kortek serebri dan pusat-pusat lebih tinggi lainya dihantarkan melalui susunan saraf boleh suatu seri-seri neuron. Lintasan desenden kortek serebri seringkali terbentuk dari tiga neuron : 
  1. Neuron ordo pertama, mempunyai badan sel dalam kortek serebri. Aksonya turun untuk bersinaps pada neuron orde kedua, suatu neuron internunseal yang terletak dalam columna grisea anterior medula spinalis 
  2. Neuron orde kedua pendek dan bergabung dengan neuron orde ketiga yaitu lower motor neuron dalam kolumna grisea anterior. 
  3. Neuron orde ketiga menginervasi otot skelet melalui radiks anterior nervus spinalis. 
  • FUNGSI TRAKTUS DESCENDEN 
Traktus kortikospinalis merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan terlatih, berbatas jelas, volunter terutama bagian distal anggota gerak. Traktus retikospinalis dapat mempermudah atau menghambat aktifitas neuron motorik alfa dan gamma pada kolumna grisea anterior sehingga mempermudah atau menghambat gerakan volunter dan aktifitas refleks. Traktus spinotectalis berkaitan dengan gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulasi visual. 

Serabut-serabut yang berhubungan dengan neuron simpatis dalam kolumna grisea lateralis berkaitan dengan refleks pupilodilatasi sebagai respon terhadap keadaan gelap. Traktus rubrospinalis bertindak baik terhadap neuron motorik alpa dan gama pada kolumna grisea anterior dan mempermudah aktifitas otot ekstensor. Traktus vestibulospinalis bekerja pada neuron motorik dalam kolumna grisea anterior mempermudah otot ekstensor, menghambat aktifitas otot fleksor yang berkaitan dalam keseimbangan. Traktus olivospinalis berkaitan dalam aktifitas muskuler. Serabut otonomik desenden berkaitan dengan pengendalian aktifitas viseral. 

A.  TRACTUS CORTIKOSPINALIS 

Serabut corticospinal timbul sebagai akson sel-sel piramidal yang terletak dalam lapisan kelima kortek cerebri sepertiga berasal dari kortek motorik primer (area 4), sepertiga dari kortek motorik sekunder (area 6), sepertiga dari area parietalis (area-area 3, 1, dan 2 ); sehingga, duapertiga dari serabut timbul gyrus precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis. Karena stimulus listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentralis menimbulkan kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili bagian tubuh pada cortex ini. Perhatikan bahwa daerah yang mengendalikan muka terletak di inferior dan anggota gerak bawah terletak di superior dan pada permukan medial hemisfer. Homunculus merupakan gambaran tubuh yang mengalami distorsi, dengan berbagai bagian yang mempunyai ukuran yang sebanding dengan daerah cortek cerebri yang diperuntukan bagi pengendalianya. 

Serabut desends berkonvergensi pada corona radiata dan kemudian melintasi exremitas posterior capsula interna. Serabut diorganisis sehingga terdekat dengan genu berkaitan dengan servical tubuh yang terletak di medialis sementara yang terletak di posterior berkaitan dengan extremitas inferior yang terletak di lateral. Kemudian tractus berlanjut melalui tiga perlima bagian tengah basis pedunculi otak tengah . 

Saat memasuki pons, taktus terbagi menjadi banyak serabut yaitu serabut pontoserebral trasversa. Dalam medula oblongata, serabut dikelompokan secara bersama di batas anterior membentuk pembesaran yang disebut sebagai traktus piramidalis. Pada sambungan medula oblongata dan medula spinalis, sebagian serabut menyilang garis tengah pada decussatio pyramidum dan memasuki kolumna alba anterior dari medula spinalis untuk membantu traktus cortiko spinalis lateralis. Serabut selebihnya tidak menyilang dalam decussatio, tetapi turun dalam columna alba medula spinalis sebagai traktus cortiko spinalis anterior. Serabut ini akhirnya menyilang garis tengah pada columna grisea anterior segmen-segmen medula spinalis dalam daerah servikalis dan torakalis atas. 

Traktus kortikospinalis turun sepanjang medula spinalis dimana serabutnya berakhir dalam kolumna grisea anterior semua segmen-segmen medula spinalis. Sebagian besar serabut kortikospinal bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada giliranya bersinaps dengan neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gama. Hanya serabut kortikospinal terbesar bersinaps langsung dengan neuron motorik. 

Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis tidak merupakan satu-satunya lintasan yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk lintasan yang bersesuaian dengan kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-gerakan volunter dan karena itu digunakan dalam melakukan gerakan-gerakan terlatih yang cepat. Banyak gerakan volunter dasar, sederhana ini diduga dihantarkan oleh traktus-traktus descenden lain. 
  • CABANG TRAKTUS KORTIKOSPINALIS 
  1. Cabang ini diberikan secara dini pada saat turun dan kembali ke korteks serebri untuk menghambat daerah korteks yang berdekatan. 
  2. Cabang ini melintas ke nuklei lentiformis dan caudati,nukleus rubrum,nukleus orifarius serta formatio retikularis . cabang ini menjaga agar daerah-darah subcortikal mendapat informasi mengenai aktivitas kortikal. Sekali dalam keadaan waspada daerah-daerah subkortikal bereaksi dan mengirimkan impuls ke neuron motorik alpha dan gamma melalui lintasan desendens lainnya.
    • TRAKTUS RETICULOSPINALIS 
Diseluruh otak tengah, pons dan medula oblongata terdapat kelompok-kelompok sel-sel saraf dan serabut saraf yang tersebar dan secara kolektif dikenal sebagai formatio reticularis. Dari pons, nueron ini mengirimkan akson-akson, yang sebagian besar tidak menyilang, ke medula spinalis dan membentuk tractus reticulospinalis medula pontine. Dari medula neoron-neuron yang sama mengirimkan akson secara menyilang dan tidak menyilang terhadap medula spinalis lalu membentuk traktus retikulospinalis medularis. 

Serabut retikulospinalis dari pons turun melalui kolumna alba anterior, sementara serabut dari medula oblongata turun dalam kolumna alba lateralis. Kedua sel serabut ini memasuki kolumna grisea anterior medula spinalis dan mempermudah atau menghambat aktifitas dari neuron motorik alpa dan gama. Dengan cara ini traktus retikulospinalis mempengaruhi gerakan-gerakan volunter dan aktifitas reflek. Saat ini diduga bahwa serabut retikulospinalis termasuk serabut otonom descenden. Karena itu traktus retikulospinalis memberikan suatu lintasan melalui hipotalamus dapat mengendalikan aliran keluar simpatik dan parasimpatik. 
    • TRAKTUS TECTOSPINALIS 

Serabut traktus ini timbul sel-sel saraf dalam kolikulus superior otak tengah. Sebagian besar serabut ini menyilang garis tengah segera setelah keluar dari asalnya dan turun melalui batang otak yang berdekatan melalui fasikulus longitudinalis medialis. Traktus tectospinalis turun melalui kolumna alba anterior medula spinalis berdekatan dengan fisura mediana anterior. Sebagian besar serabut berakhir dalam kolumna grisea anterior segmen-segmen cervikalis bagian atas medula spinalis dengan cara bersinaps dengan neuron internonsea. Serabut ini diduga mengurusi gerakan-gerakan refleks postural sebagai respon terhadap stimulus visual. 
    • TRAKTUS RUBROSPINALIS 
Nukleus rubrum terletak dalam tegmentum otak tengah setinggi kolikulus superior. Akson-akson neuron dalam nukleus ini menyilang garis tengah setinggi nukleus dan turun sebagai traktus rubrospinalis melalui pons dan medula oblongata untuk memasuki kolumna alba lateralis medula spinalis. Serabut yang berakhir dengan cara bersinaps dengan neuron internosea pada kolumna grisea anterior medula spinalis. 

Neuron-neuron nukleus rubrum menerima impuls aferen melalui hubungan dengan korteks serebri dan serebelum. Keadaan ini diduga merupakan suatu lintasan tidak langsung yang penting dengan korteks serebri dan serebelum yang mempengaruhi aktifitas neuron motorik alpa dan gama medula spinalis. Traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat aktifitas otot ekstensor dan grafitasi. 
    • TRAKTUS VESTIBULOSPINALIS 
Nuklei vestibularis terletak dalam pons dan medula oblongata di bawah atap ventrikulus keempat. Nuklei vestibularis menerima serabut aferen dari telinga dalam melalui saraf vestibularis serta dari serebelum. Neuron-neuron vestibularis merupakan asal dari akson-akson yang membentuk traktus vestibulospinalis. Traktus ini turun tanpa menyilang melalui medula spinalis dalam kolumna alba anterior. Serabut ini berakhir dengan neuron internosea kolumna grisea medula spinalis. 

Telinga dalam dan serebelum melalui traktus ini mempermudah aktifitas otot-otot ekstensor serta menghambat aktifitas otot fleksor yang berhubungan dengan pemeliharaan keseimbangan. 
    • TRAKTUS OLIVOSPINALIS 
Traktus olivospinalis diduga timbul dari nukleus olivarius inferior dan turun dalam kolumna alba lateralis medula spinalis, untuk mempengaruhi aktifitas neuron motorik dalam kolumna grisea anterior. Saat ini terdapat keraguan dalam keberadaan traktus ini. 
  • SERABUT DESCENDEN OTONOMIK 
Pusat-pusat yang lebih tinggi susunan saraf pusat berhubungan dengan pengendalian aktifitas otonom yang terletak dalam korteks serebri, hipotalamus, kompleks amigdaloidea, formatio retikularis. Kendatipun traktus-traktus yang berbatas jelas belum diketahui, penelitian lesi-lesi medula spinalis memperlihatkan terdapatnya traktus-traktus otonom descendens dan kemungkinan membentuk bagian dari traktus retikulospinalis. 

Serabut ini timbul dari neuron pada pusat yang lebih tinggi dan menyilang garis tengah dalam batang otak. Diduga turut dalam kolumna alba lateralis medula spinalis dan berakhir dengan bersinaps pada sel-sel motorik otonom dalam kolumna grisea lateral pada tingkat-tingkat torakal dan lumbal atas (aliran keluar simpatis) dan tingkat sakral tengah (parasimpatis) medula spinalis. 

TRAKTUS INTERSEGMENTAL 

Traktus ascendens dan descendens pendek yang berasal dan berakhir dalam medula spinalis, terdapat dalam kolumna alba anterior lateralis dan posterior. Fungsi lintasan ini adalah saling menghubungkan neuron-neuron tingkat segmental yang berbeda, dan penting terutama dalam refleks spinal intersegmental 

ARKUS REFLEKS 

Refleks dapat didefinisikan sebagai suatu respon involunter terhadap stimulus. Refleks tergantung pada integritas arkus refleks. Dalam bentuk yang paling sederhana, arkus refleks terdiri dari struktur anatomi berikut : 
  1. Organ reseptor 
  2. Neuron aferen 
  3. Neuron efektor 
  4. Organ efektor 
Arkus refleks seperti ini hanya melibatkan satu sinaps dan disebut arkus refleks monosinaptik. Interupsi refleks pada setiap titik disepanjang perjalananya akan menghapuskan respon ini. Pada medula spinalis arkus refleks memainkan peranan penting dalam mepertahankan tonus otot yang merupakan dasar tubuh. Organ reseptor terdapat pada kulit, otot atau tendon. 

Badan sel neuron aferen berlokasi dalam ganglion radiks posterior, dan akson sentral neuron orde pertama ini berakhir dengan cara bersinaps pada neuron efektor. Karena serabut aferen merupakan serabut dengan diameter yang besardan menghantarkan dengan cepat dan karena hanya terdapat satu sinaps maka suatu respon yang sangat cepat merupakan hal yang memungkinkan. 

Penelitian fisiologis aktifitas listrik neuron efektor memperlihatkan bahwa setelah pelepasan monosinaptik yang sangat cepat terdapat pelepasan asinkron yang berlarut-larut. Alasan pelepasan terakhir ini adalah serabut aferen yang memasuki medula spinalis seringkali bercabang-cabang dan bersinaps dengan neuron internosea yang akhirnya bersinaps dengan neuron efektor. Rangkaian neuronal tambahan ini memperlama pemboman neuron efektor setelah stimulasi dini oleh neuron aferen hilang. 

Adanya neuron internosea juga menimbulkan penyebaran stimulus aferen ke neuron pada berbagai tingkat segmental medula spinalis yang berbeda-beda. Dalam mempertimbangkan aktifitas refleks otot skelet penting untuk dimengerti hukum interfasi timbal balik. Secara sederhana, ini berarti bahwa refleks fleksor dan ekstensor anggota gerak yang sama tidak dapat berkontraksi secara serentak. Agar hukum ini bekerja maka serabut saraf aferen yang bekerja bertanggung jawab kerja refleks otot fleksor harus mempunyai cabang-cabang yang bersinaps dengan neuron motorik ekstensor anggota gerak yang sama, yang menyebabkan serabut ini mengalamai inhibisi. 

Dibangkitkanya suatu refleks pada satu sisi tubuh menyebabkan pengaruh-pengaruh pada anggota gerak sisi-sisi lain. Stimulasi aferen arkus refleks menyebabkan fleksi anggota gerak ipsilateral menimbulkan ekstensi pada anggota gerak kontralateral. 

Pengaruh dari Pusat-pusat Neuronal yang lebih tinggi pada aktivitas reflek spinal Arkus reflek spinal segmental yang melibatkan aktivitas motorik sangat dipengaruhi oleh pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. Pengaruh ini dihantarkan melalui traktus kortikospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, rubrospinalis, dan vestibulospinalis. 

Dalam kondisi klinik seperti syok spinal, setelah penggangkatan pengaruh-pengaruh secara mendadak akibat cedera pada medula spinalis, reflek spinal segmental mengalami depresi. Jika apa yang disebut syok spinal hilang dalam beberapa minggu, reflek spinal segmental kembali dan tonus otot-otot meningkat. 

Apa yang disebut sebagai rigiditas decebrarasi ini disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan dari serabut saraf aferen gamma ke spindel otot, yang timbulkan oleh pelepasan neuron ini dari hubungannya dengan pusat-pusat yang lebih tinggi. Stadium berikutnya adalah paraplegia dalam extensi dengan dominasi peningkatan tonus otot extensor atas otot flexsor. 

Beberapa ahli nuerologi yakin bahwa kondisi ini disebabkan cedera yang tidak lengkap dari semua traktus desendes dengan traktus vestibulospinalis yang utuh. Jika semua traktus mengalami cedera, maka terjadi keadaan paraplegi dalam flexi. Dalam keadaan ini, respon-respon bersifat flexsor dan tonus otot extensor berkurang. (7) 

PUSAT MOTORIS DAN SENSORIS 

Pada corteks cerebral terdapat beberapa daerah : 
  1. Korteks serebral mengandung 3 jenis fungsional area yaitu motor area, sensori area, dan asosiasi area.  Neuron motoris dan neuron sensoris terdapat pada motoris area dan sensoris area pada korteks serebri. Semua neuron pada korteks serebri merupakan inter neuron. 
  2. Setiap hemisfer terdapat fungsi motoris dan sensoris yang berlawanan pada sisi tubuh (kontralateral). 
  3. Sekalipun sebagian besar struktur pada 2 hemisfer kanan dan kiri simetris, tetapi tidak ada fungsi yang sama. Masing – masing memiliki spesialisasi fungsi kortikal. 
  4. Yang sangat penting yang harus kita ingat tidak ada fungsi area pada korteks serebri yang bekerja sendirian. 
A.  AREA MOTORIS 

Motoris area pada korteks serebri, dengan gerakan volunter yang terkontrol yang terdapat pada lobus frontalis terdiri dari motor korteks primer, premotor korteks, area broca, frontal eye field. 
  1. Motor korteks primer 
    • Motor korteks primer terletak pada girus presentralis lobus frontalis pada masing – masing hemisfer (area broadman 4). Terdapat neuron yang besar yang disebut neuron piramidalis pada girus presentralis yang berfungsi untuk mengontrol gerakan volunter pada otot skelet. Pada keseluruhan bagian tubuh dipresentasikan pada motor korteks primer tiap hemisfer, dengan kata lain sel piramidal mengontrol gerakan kaki pada satu tempat dan mengontrol gerakan tangan pada lain tempat. Sebagian besar neuron pada girus ini mengontrol otot pada bagian tubuh yang spesifik pada area tertentu seperti wajah lidah dan tangan.Hal ini tergambar daerah seperti karikatur yang disebut motor homunculi. Persarafan motorik tubuh berjalan kontralateral,jadi pada girus kiri mengontrol otot tubuh bagian kanan dan sebaliknya. 
  2. Premotor korteks
    • Terletak pada girus presentralis lobus frontal. Daerah ini mengontrol kemampuan motorik dalam melakukan gerakan berulang-ulang atau pola alamiah seperti memainkan alat musik dan mengetik. Daerah ini digunakan untuk gerakan yang terencana. Dengan diterimanya informasi pada korteks area yang diproses oleh pusat sensoris yang tinggi,maka gerakan terkontrol dapat dilakukan misalnya dapat mengambil sesuatu ditempat yang gelap. 
  3. Area broca. 
    • Area broca terdapat sepanjang anterior sampai inferior dari area promotor yang bertumpuk-tumpuk. Pada area brodman 44 dan 45. Area ini hanya terdapat pada satu hemisfer umumnya sebelah kiri dan khusus mengontrol kemampuan bicara. 
  4. Frontal eye field. 
    • Daerah ini terletak sebelah anterior premotor korteks dan superior area broca. Daerah ini berfungsi mengontrol pergerakan mata secara volunteer. 
B.  AREA SENSORIS 

Terdapat pada korteks serebri yaitu pada lobus parietal, insular, temporal,dan occipital. 
  1. Korteks primer somatosensoris. 
    • Korteks ini terletak pada girus postsentralis lobus perietalis, disebelah posterior dari korteks primer motoris ( area brodman 1-3 ). Neuron-neuron pada girus ini menerima informasi dari reseptor sensoris di kulit dan dari proprioseptor di otot skelet,sendi dan tendon. Neuron ini kemudian mengidentifikasi yang dirangsang dan kemampuan ini disebut diskriminasi partial. Dengan korteks motor primer tubuh bergerak leluasa naik dan turun berdasarkan stimulus yang masuk dan bagian hemisfer kanan menerima rangsangan dari bagian kiri tubuh. Pada manusia wajah (khususnya bibir) dan jari-jari adalah bagian tubuh yang sensitive yang terletak pada bagian terbesar dari homunculus somatosensoriks. 
  2. Korteks asosiasi somatosensoris. 
    • Daerah ini terletak sebelah posterior dari korteks primer somatosensoris dan mempunyai banyak sambungan dengan korteks primer somatosensoris. Fungsi daerah ini adalah untuk mengintegrasikan rangsangan yang masuk (temperature,tekanan) serta mengulangnya lewat korteks primer somatosensoris dan bisa mengenal objek yang teraba seperti ukuran bentuk dan bagian-bagiannya. Sebagai contoh: saat kita memasukkan tangan ke dalam celana,asosiasi korteks somatosensoris akan merekam hal itu seperti halnya kita mempunyai pengalaman saat meraba koin atau kunci. 
  3. area visual 
    • cortek primer visual terletak sebelah posterior lobus occipital, tetapi sebagian besar terletak didalam sulkus carcarina sebelah medial lobus occipital. Kortek primer visual menerima informasi yang datang pada retina mata contralateral tubuh seperti pada kortek somatosensori. 
  4. area auditory 
    • terletak pada tepi superior lobus temporalis dekat sulkus lateralis. Suara yang masuk pada telinga dalam diterima oleh reseptor menimbulkan impuls untuk ditransmisikan pada kortek primer auditori dimana interpretasinya nada tinggi, rendah dan lokasi. 
  5. korteks olfaktori 
    • kortek primer olfaktori terletak medial lobus temporal dan terdapat daerah kecil yang disebut lobus piriformis yang didominasi oleh uncus. Serabut aferen dari reseptor penciuman pada superior cavum nasalis mengirimkan impuls menuju traktus olfaktori dan berakhir pada kortek olfaktori dan hasilnya bisa membedakan bau-bauan 
  6. Kortek gustatory 
    • Daerah ini menggambarkan persepsi dari rangsangan perasa pada lidah. Lokasinya pada insula bagian dalam lobus temporalis. 
  7. area sensori visual 
    • kortek insula yang terletak sebelah belakang kortek gustatory digunakan untuk persepsi sensasi visceral termasuk rasa kenyang pada lambung, rasa penuh pada kandung kemih dan rasa terbakar saat kita bernafas terlalu banyak. 
  8. kortek vestibuler 
    • kortek ini bertanggungjawab menjaga keseimbangan, pergerakan kepala dalam suatu ruangan. Daerah ini terdapat pada bagian posterior insula bagian dalam lobus temporalis. (5) 
GANGGUAN SISTEM MOTORIK DAN SENSORIK

A.  GANGGUAN SISTEM SENSORIK 

Sindrom Pemotongan Jaras Sensorik. Sindrom ini bervariasi tergantung dari lokasi kerusakan sepanjang perjalanan jaras sensorik. 
  1. Lesi kortikal atau subkortikal dalam daerah sensorik motorik lengan atau tungkai menyebabkan parestesia dan mati rasa pada extemitas sisi yang berlawanan. 
  2. Lesi jaras sensorik tepat di bawah talamus menyebabkan hilangnya semua kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral. 
  3. Jaras sensorik lain selain nyeri dan suhu mengalami kerusakan terjadi hipestesia pada sisi kontralateral wajah dan tubuh. 
  4. Jika kerusakan terbatas pada lemnikus trigeminalis dan spinotalamikus lateral pada pusat otak, tidak ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada wajah dan tubuh kontralateral, semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu. 
  5. Keterlibatan lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior, menghilangkan semua kualitas sensorik pada bagian kontralateral tubuh kecuali sensasi nyeri dan suhu. 
  6. Kerusakan nukleus dan traktus trigeminal spinalis dan traktus spinotalamikus lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada wajah ipsilateral dan tubuh kontralateral. 
  7. Kerusakan funikuli posterior menyebabkan menghilangnya sensasi sikap, getaran, diskriminasi dan sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia ipsilateral. 
  8. Lesi pada kornu posterior , menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral semua kualitas lain tetap utuh ( gangguan disosiasi sensibilitas). 
  9. Cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan, diikuti oleh perestesia radikular dan nyeri,dan juga penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik pada masing-masing segmen tubuh. Jika radiks yang cedera mesuplai saraf dari lengan atau tungkai,ditemukan hipotonia atau atonia, arefleksia dan ataksia. 
  10. Sindroma Cedera Funikulus Posterior 
    • Hilangnya sikap dan sensasi lokomotor dengan mata tertutup pasien tidak dapat mengetahui posisi anggota tubuhnya 
    • Astereognosis: dengan mata tertutup, pasien tidak dapat mengenal dan menggambarkan bentuk dan bahan dari objek yang dirabanya. 
    • Hilangnya diskriminasi dua titik 
    • Hilangnya sensasi getaran: pasien tidak dapat merasakan getaran dari garpu tala yang ditempelkan pada tulang 
Tanda romberg positif. (6) 

B.  GANGGUAN SISTEM MOTORIK 

LESI UPPER MOTOR NEURON
 
LESI TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS PYRAMIDAL) 
  • Tes Babinsky positif. Ingat bahwa tanda babinsky secara normal terdapat selama setahun pertama kehidupan, karena tractus kortikospinal tidak bermielin sampai akhir tahun kehidupan pertama. 
  • Arefleksia abdominalis superficial. 
  • Reflek ini tergantung pada integritas tractus, yang menimbulkan eksitasi tonik pada neuron internunsial. 
  • Arefleksia cremaster. 
  • Kehilangan penampilan gerakan volunter terlatih yang halus. 
LESI TRACTUS DESCENDEN SELAIN TRACTUS CORTICOSPINAL (TRACTUS EKSTRAPIRAMIDAL)
  • Paralisa parah dengan sedikit atau tanpa adanya atrofi otot 
  • Spastik atau hipertonisasi otot. anggota gerak tubuh bawah dalam ekstensi dan anggota gerak atas dipertahankan dalam keadaan fleksi 
  • Peningkatan reflek otot serta klonus dapat ditemukan pada fleksor jari tangan,muskulus quadrisep femoris dan otot paha. 
  • Reaksi pisau lipat. Mengadakan gerakan pasif suatu sendi terdapat tahanan oleh adanya spastisitas otot. 
LESI LOWER MOTOR NEURON
  1. Paralisis flaksid otot yang disuplai. 
  2. Atrofi otot yang disuplai. 
  3. Kehilangan reflek otot yang disuplai. 
  4. Vasikulasi muskuler. Keadaan ini merupakan twitching otot yang hanya terlihat jika terdapat kerusakan yang lambat dari sel. 
  5. Kontraktur muskuler. Ini adalah pemendekan otot yang mengalami paralise, lebih sering terjadi pada otot antagonis, dimana kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot yang mengalami paralise. 
  6. Reaksi degenerasi. Dalam keadaan normal otot yang diinervasi memberikan respon terhadap stimulus dengan cara pemberian arus paradiks atau terputus-putus dan adanya arus galvanis atau langsung. dalam hal ini jika LMN dipotong otot tidak lagi memberikan respon terhadap stimulus listrik terputus setelah kejadian tersebut,walaupun tetap memberikan respon terhadap arus langsung setelah arus tersebut hilang. (7)
SINDROM PEMOTONGAN SPESIFIK 
  1. Lesi Kortikal (tumor,hematoma,infark,dll) mengakibatkan paresis tangan atau lengan kontralateral. Gerakan volunter harus, terlatih, paling sering terlibat. Terjadi monoparesis, paresis terjadi karena penjagaan traktus ekstrapiramidalis yang hampir total. Lesi kecil di kortek ada 4 menghasilkan paresis flacid dan serangan epilepsi fokal yang agak sering (epilepsi jackson). 
  2. Lesi kapsula Interna : terjadi hemiplegi spastik kontralateral karena serat piramidalis dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Traktus kortikonuklearis terlibat sehingga terjadi paralisis fasial kontralateral dan mungkin saraf hipoglosus. Kebanyakan nuklei motorik kranialis disarafi secara bilateral oleh traktus tersebut. Kerusakan cepat menyebabkan paralisis kontralateral , yang pertama-tama bersifat flacid karena efeknya seperti syok pada neuron perifer, setelah berjam-jam atau berhari-hari paralisis menjadi spastik karena serat ekstrapiramidalis juga rusak. 
  3. Lesi pedunkel : hasil dari lesi ini adalah hemiplegia spastik kontralateral, yang berkaitan dengan paralisis ipsilateral saraf okulomotorius. 
  4. Lesi pons : hasil dari lesi ini hemiplegi kontralateral dan mungkin bilateral. Tidak semua serat ekstrapiramidalis mengalami kerusakan karena serat yang berjalan ke bawah ke wajah dan nuklei hipoglosus terletak lebih dorsal, nervus fasialis dan hipoglosus mungkin tidak terkena sebaliknya mungkin ada paralisis ipsilateral saraf abdusens dan trigeminus. 
  5. Lesi piramida : menghasilkan hemiparesis flacid kontralateral. Tidak ada hemiplegi kerena yang rusak hanya serat piramidalis. Jaras ekstrapiramidalis terletak lebih dorsal dalam medula dan tetap utuh. 
  6. Lesi servikalis : keterlibatan traktus piramidalis lateral berasal dari penyakit seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel, mengakibatkan hemiplegia spastik ipsilateral karena traktus piramidal sudah menyilang, paralisis bersifat spastik karena serat ekstrapiramidalis yang bercampur dengan serat piramidalis juga mengalami kerusakan. 
  7. Lesi torakalis : interupsi pada traktus piramidalis lateral yang disebabkan penyakit seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel mengakibatkan monoplegia spastik ipsilateral dari tungkai. Kerusakan bilateral menyebabkan paraplegia 
  8. Lesi radiks anterior : kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan flaccid, akibat kerusakan motor neuron bawah atau perifer 
Lesi yang melibatkan dekusatio traktus piramidalis menghasilkan sindrom yang jarang ditemukan yaitu hemiplegia krusiata (hemiplegia alterans). (6) 

DAFTAR PUSTAKA 
  1. http://www.neuroanatomy.wisc.edu/sc97/text/P4/Pathway.htm http://www.mona.uwi.edu/fpas/courses/physiology/neurophysiology/DescendingPathways.htm 
  2. Mardjono, Mahar, Sidarta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta: 2004. Hal 21-26. 
  3. Martini, frederic. Fundamental Of Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson International edition. New york. Page 496-513 
  4. Marieb, Elaine, N. Human Anatomy & Physiology. Edisi 7. Pearson International Edition. Page 491-519 
  5. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. EGC. Edisi 2. Jakarta. Hal 29, 44 
  6. Snell, S, Richard. Neuroanatomi Klinik. EGC. Edisi 2. Jakarta. Hal 365-383.
  7. http://medicalbox.wordpress.com/category/medicalbox/neurologi/
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!