PENDAHULUAN
Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair. Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll.
Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan parafin sebagai medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas). Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang ditambah parafin oil, kemuian dipanaskan hingga meleeh dengan suhu + 55o C.
Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti berikut:
Stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan penigkatan suhu pada jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasipanas adalah timbulnya hiperaemia. Efek fisiologis yang mungkin timbul adalah seperti berikut :
• Peningkatan suhu / temperatur tubuh
• Penigkatan metabolisme
• Terjadi vasodilatasi arteriole
• Peredaran darah kapiler menjadi lancar
• Tekanan hirostatik kapiler meningkat
Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:
Pada kulit
Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari 40oC pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.
Pada sirkulasi darah setempat
Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.
Pada respirasi
Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam.
Pada jaringan otot
Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.
Pada sirkulasi darah
Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun.
Pada metabolisme
Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup
Pada sistem saraf
Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PARAFIN BATH
A.Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan terpenuhi.
Parafin bath indikasi terhadap:
Reduksi nyeri dan spasme otot
• Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk mereduksi nyeri.
• Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
• Pasca fractur
• Pasca trauma
• Sprain dan strain
• Arthritis kronis
B.Kontra Indikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur adalah gangguan sensibilitas.
Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:
• Gangguan sensibilitas.
• Luka terbuka.
• Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARAFIN BATH
A.Keuntungan
• Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu bertahan sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan sangat kecil.
• Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secara-pelan, dengan begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.
• Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya area-area yang sulit dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.
• Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.
• Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan sebagai alat untuk latihan.
• Nyaman, terasa panas serta lembab.
• Murah.
B.Kerugian
• Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.
• Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode bath dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.
• Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali diterapkan.
• Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit
• Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan pada pasien.
PENATALAKSANAAN PARAFIN BATH
Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1.Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.
2.Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.
3.Parafin pack.
Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1).
Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi massage, streching dan terapi manipulasi lunak.
Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC.
Dalam penatalaksanaan hidroterapi dengan cold pack, tahap-tahap penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain:
Kondisi patologis pasien berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:
a.Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es).
b.Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat pengujian / pengenalan ini).
c.Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya
2.Pemilihan metode terapi
Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi.
3.Persiapan alat
• Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:
• Parafin & parafin oil
• Handuk
• Kuas
4.Persiapan penderita
Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada pasien.
5.Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode rendaman:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik
• Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang
• Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
• Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk
• Diamkan selama 10-15 menit.
• Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.
• Rapikan peralatan.
Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
• Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan hanya satu lapis.
• Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
• Begitu seterusnya.
6.Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:
• Melihat / mengetahui efek hasil terapi
• Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi
• Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.
Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit.
Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain mudah didapat dengan harga yang murah.
Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu sangat berbeda dengan air yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar.
Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini muncul sebagai efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan eritema.
Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (450C-500C).
REFERENSI
Susan L. Michlovitz. 1990. Thermal Agents in Rehabilitation, third edition. F. A. Davis Company: Philadelphia.
Tim Dosen D III Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta. 1993. Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi: Surakarta.
Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair. Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll.
Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan parafin sebagai medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas). Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang ditambah parafin oil, kemuian dipanaskan hingga meleeh dengan suhu + 55o C.
Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti berikut:
Stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan penigkatan suhu pada jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasipanas adalah timbulnya hiperaemia. Efek fisiologis yang mungkin timbul adalah seperti berikut :
• Peningkatan suhu / temperatur tubuh
• Penigkatan metabolisme
• Terjadi vasodilatasi arteriole
• Peredaran darah kapiler menjadi lancar
• Tekanan hirostatik kapiler meningkat
Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:
Pada kulit
Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari 40oC pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.
Pada sirkulasi darah setempat
Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.
Pada respirasi
Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam.
Pada jaringan otot
Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.
Pada sirkulasi darah
Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun.
Pada metabolisme
Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup
Pada sistem saraf
Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PARAFIN BATH
A.Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan terpenuhi.
Parafin bath indikasi terhadap:
Reduksi nyeri dan spasme otot
• Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk mereduksi nyeri.
• Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
• Pasca fractur
• Pasca trauma
• Sprain dan strain
• Arthritis kronis
B.Kontra Indikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur adalah gangguan sensibilitas.
Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:
• Gangguan sensibilitas.
• Luka terbuka.
• Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARAFIN BATH
A.Keuntungan
• Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu bertahan sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan sangat kecil.
• Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secara-pelan, dengan begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.
• Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya area-area yang sulit dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.
• Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.
• Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan sebagai alat untuk latihan.
• Nyaman, terasa panas serta lembab.
• Murah.
B.Kerugian
• Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.
• Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode bath dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.
• Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali diterapkan.
• Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit
• Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan pada pasien.
PENATALAKSANAAN PARAFIN BATH
Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1.Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.
2.Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.
3.Parafin pack.
Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1).
Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi massage, streching dan terapi manipulasi lunak.
Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC.
Dalam penatalaksanaan hidroterapi dengan cold pack, tahap-tahap penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain:
Kondisi patologis pasien berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis pasien ( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:
a.Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es).
b.Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat pengujian / pengenalan ini).
c.Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya
2.Pemilihan metode terapi
Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi.
3.Persiapan alat
• Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:
• Parafin & parafin oil
• Handuk
• Kuas
4.Persiapan penderita
Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada pasien.
5.Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode rendaman:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik
• Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang
• Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
• Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk
• Diamkan selama 10-15 menit.
• Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.
• Rapikan peralatan.
Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
• Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan hanya satu lapis.
• Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
• Begitu seterusnya.
6.Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:
• Melihat / mengetahui efek hasil terapi
• Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi
• Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.
Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit.
Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain mudah didapat dengan harga yang murah.
Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu sangat berbeda dengan air yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar.
Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini muncul sebagai efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan eritema.
Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (450C-500C).
REFERENSI
Susan L. Michlovitz. 1990. Thermal Agents in Rehabilitation, third edition. F. A. Davis Company: Philadelphia.
Tim Dosen D III Fisioterapi Politeknik Kesehatan Surakarta. 1993. Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi: Surakarta.